Selasa, 21 Januari 2014

Sebuah Jariah



Siapapun telah tahu bahwa kehidupan di dunia adalah sementara. Tetapi kehidupan yang sementara itu justru menjadi penentu kehidupan lain yang lebih kekal. Kehidupan dunia yang untuk selanjutnya disebut kehidupan saja, hakikatnya adalah tempat singgah. Hanya sekadar tempat mampir untuk meneguk sedikit minuman. Maka apakah yang dapat engkau perbuat dalam kehidupan ini?

Sementara Iblis dan kaki tangannya senantiasa merayumu untuk mengecap anggur dosa. Sedangkan ibadahmu tidaklah seberapa jika dibandingkan ummat yang terdahulu.

Lalu di manakah nilaimu sesungguhnya?

Ingatlah Ali kw yang pernah mengatakan bahwa nilai manusia tergantung dari apa yang dihasilkannya, maka barang siapa yang berjuang hanya untuk mengisi perutnya tentu nilainya tak lebih dari apa yang dihasilkan dari perutnya.

Lalu di manakah nilaimu sesungguhnya?

Coba lihat ke dalam dirimu. Dan bayangkan ketika engkau hidup. Apakah sama adamu dengan ketiadaanmu? Atau justru dirimu adalah pribadi yang tidak tergantikan? Dan engkau sangat mengambil peran dalam perjalanan peradaban manusia?

Lalu di manakah nilamu sesungguhnya?

Sekarang bayangkan ketika engkau telah mati. Adakah yang berubah dari dunia ini dengan kematianmu? Atau justru riwayatmu hanya berakhir sampai di situ. Engkau mati tidak meninggalkan apa-apa.

Lalu di manakah nilaimu sesungguhnya?

Apakah engkau mengira shalat dan zakatmu telah cukup kau tunaikan untuk menghapus dosamu? Sementara shiyam dan tilawahmu telah menjadikan Dia yang menciptakanmu ridha terhadapmu?

Kalau tidak, berjariyahlah.
Buatlah sebuah amal yang pahalanya senantiasa mengalir kepadamu. Yang semakin lama, semakin mendekatkan dirimu kepada-Nya, tanpa kau harus berbuat apa-apa lagi. Itulah jariyah. Sebuah amal bola salju yang selalu membesar setiap waktu. Bahkan ketika nyawa telah terpisah dengan badanmu.

Maka menulislah. Kaislah ridha Tuhanmu dengan menulis. Karena sesungguhnya Allah telah bersumpah demi pena dan apa yang dituliskan. (QS 68;1)

Maka menulislah. Jadikan dirimu bermanfaat dengan menulis. Berbagi hikmah dengan menulis. Mengukir peradaban dengan menulis. Menyampaikan kebenaran dengan menulis.

Maka menulislah. Karena melalui tulisan engkau belajar. Dan melalui tulisan pula telah engkau reguk telaga hikmah para pendahulumu. Juga melalui tulisan telah engkau peroleh kebenaran dan jalan Tuhanmu.

Maka menulislah.

Sekarang juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar