Kamis, 30 Januari 2014

Munajat Ibnu Athailah As-Sakandari














Ilahi,
Akulah fakir dalam kecukupanku
Bagaimana aku tidak fakir dalam kefakiranku?


Ilahi,
Akulah si bodoh dalam pengetahuanku
Bagaimana aku tidak bodoh dalam kebodohanku?


Ilahi,
Ragam aturanmu di semesta ini
Dan kecepatan manifest ketentuan-ketentuanMu
Telah mencegah hamba-hambaMu yang mengenalMu
Dan tiada harapan dariMu dalam cobaan (kecuali padaMu)


Ilahi,
Dariku layaklah dengan cacian
DariMu layaklah dengan pujaan


Ilahi,
Engkau Sifati diriMu dengan kelemah-lembutan padaku
Sebelum adanya kelemahanku
Apakah Engkau tega menghalangi lemah lembutMu
Setelah adanya kelemahanku?


Ilahi,
Jika yang tampak kebajikan padaku itu
Sungguh, itulah anugerahMu padaku
Jika yang tampak itu keburukanku
Sungguh, itulah keadilanMu, dan
HakMulah berhujjah padaku


Ilahi
Bagaimana Engkau serahkan itu padaku
Sedangkan diriku telah memasrahkan diri padaMu

Bagaimana jua aku mengurangi hakku
Sedang DiriMu Yang Menolongku


Bagaimana aku tak beruntung
Sedang Engkaulah yang menyayangiku


Inilah aku, tawassul padaMu
Dengan kefakiranku di sisiMu
Kefakiran yang yang menujukkan padaMu
Dan menyambungkan hubungan di sisiMu

Bagaimana mungkin aku bertawassul padaMu
Dengan kemustahilan-kemustahilan untuk bersambung denganMu?


Bagaimana jua aku mengeluh padaMu tentang derita
Sedangkan tak samar sedikit pun dari pandanganMu


Bagaimana aku urai dengan kata-kataku padaMu
Sedang kata itu dariMu dan menuju kepadaMu?


Bagaimana aku gagal menempuh cita-citaku
Sedang aku telah menebusnya bagiMu


Bagaimana ahwal ruhaniku tak elok
Padahal bersamaMu tegak berdiri Menuju kepadaMu?

Sabtu, 25 Januari 2014

Mutiara Ibn Jauzy

Bismilah.
Bagiku cukuplah Allah, sebaik-baik Pemberi nikmat danPemberi perlindungan.
Maha Suci Allah atas perguliran siang dan Malam
Puji bagi-Nya atas perhitungan bulan dan tahun.
Tak ada ilah kecuali Allah Yang Tak Tergambarkan Keagungan-Nya
Allah Maha Besar, Pemilik Ketinggian, Keagungan danKemuliaan
Maha Tinggi di atas segalanya
Semua yang disembah kecuali Dia adalah bathil
Sesungguhnya Allah-lah satu-satunya yang layak disembah tak ada selainnya
Dialah Tuhan Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dzahir, dan Yang Bathin

Bagaimana mungkin ada sembahan selain Allah?
Sementara semua yang ada di bawah Arasy-Nya terus menerus berharap, berdo'a dan takut kepada-Nya?
Bukankah matahari, bulan dan bintang itu telah terhampar?
Bukankah langit dan bumi dan segala isinya itu berwujud dan berjalan dengan sangat teratur?
Bukankah bulan terus berputar pada orbitnya?
Bukankah akal pikiran telah tercipta?

Subhanallah!
Maha Suci Allah
Betapa besar keagungan-Nya
Subhanallah!
Maha Suci Allah
Betapa abadi Kuasa-Nya

Barangsiapa yang mengkhususkan dirinya untuk Allah,
maka Allah akan mengkhususkannya dari selainnya
Barangsiapa yang berlindung kepada Allah,
maka Allah akan menjadi Pelindungnya
Barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah,
maka Allah akan mencukupi urusannya
Barangsiapa yang menjual dirinya kepada Allah,
maka Allah akan membelinya dengan surga dan keridhaan-Nya
Barangsiapa yang menepati janjinya kepada Allah
maka Allah akan memenuhi janji-Nya kepadanya

Seseorang masih akan selalu dirundung takut dan khawatir sampai Allah memasukannya dalam kumpulan orang-orang yang mendapat perlindungan-Nya

Barangsiapa yang ingin mengetahui apakah ia wali Allah,
maka ia harus melihat kepada siapa ia tunduk dan patuh
dan kepada siapa ia memusuhi dan membenci
Barangsiapa yang menempuh jalan Islam,
maka ia akan selamat
Barangsiapa yang tidak menerima nasihat,
maka ia akan menyesal

Tidak ada perlindungan bagi orang-orang yang tidak mau mengikuti syariat Islam
Tidak ada musibah yang lebih besar melebihi musibah orang yang mati dalam kondisi melawan perintah Allah Tuhan Alam Semesta
Seperti inilah pernyataan yang benar dan janji yang telah ditetapkan

Sesungguhnya kehidupan hakiki hanya ada dengan dzikir yang terus-menerus
Keselamatan hanya ada pada kesesuaian sikap dengan perintah Allah
Terhindar dari celakan hanya dengan menaiki perahu Al-Quran dan Sunnah

Yang disebut kemenangan adalah ketika seseorang dijauhkan dari gelegak api neraka dan dimasukan kedalam surga
Yang disebut orang mati adalah orang yang tidak mengerti hak Tuhannya atas dirinya
Yang disebut karamah adalah karamah yang diberikan kepada orang yang bertakwa
Yang disebut kemuliaan adalah kemuliaan yang berasal dari  ketaatan
Yang diinginkan dari keintiman dan kedekatan adalah keintiman dan kedekatan seseorang dengan kebaikan
Yang diartikan ketakutan adalah ketakutan akan prilaku dosa
Dan semua musibah yang datang bukan karena penolakanmu kepada Allah adalah sebuah kenikmatan

Tak ada yang lebih melukai kecuali kelalaian dari Allah
Andai bukan karena sikap jahil kita terhadap keagunganAllah, niscaya kita tak akan tergelincir dari melaksanakan perintah-Nya
Andai bukan karena kesombongan kita kepada hukum Allah,niscaya kita tak akan terus-menerus melakukan kemaksiatan
Andai bukan karena keburukan kita dengan Allah, niscaya kita tak akan kesepian dengan Al-Quran
Jadilah kalian sebagaimana Allah memerintahkan kalian,niscaya Allah memberikan janji-Nya kepada kalian
Berikan kepada Allah apa yang Dia inginkan dari ketaatankalian, niscaya Allah dengan kasih-sayang-Nya akan memberikan apa yang kalian pinta

Wahai manusia....
Siapakah dari kalian yang lebih mulia disisi Allah jika kalian memuliakan diri kalian dengan takwa?
Siapakah dari kalian yang lebih utama disisi Allah jika kalian memutuskan perkara antara kalian dengan Allah dengan loyalistas kepada-Nya?
Dan siapakah dari kalian yang lebih dekat kepada Allah jika kalian lebih mengutamakan kedekatan perlindungan Allah?

Andai manusia tahu nilai dirinya
Niscaya ia tak akan menodai dirinya dengan kemaksiatan kepada Allah
Niscaya ia tak akan mengotori kehormatannya dengan keburukan
Niscaya ia akan berupaya memelihara dirinya dihadapan Tuhannya

Tak ada teman dalam keterasingan di liang lahat kecuali amal shalih
Tak ada yang mampu memadamkan jilatan neraka kecuali cahaya keimanan
Tak ada pijakan kaki yang kokoh di atas sirath kecuali keistiqamahan dalam berperilaku

Rabb adalah Pencipta
Hamba adalah yang dicipta
Tak dapat dihubungkan antara Pencipta dan yang dicipta kecuali dengan perantaraan ikatan berupa mengamalkan Al-Quran yang diturunkan Pencipta kepada yang dicipta

Amalkan AlQuran
Ikuti Sunnah
Maka kalian akan terlepas dari siksa dan menggapai surga

Tak ada daya,
Tak ada kekuatan
Kecuali dari Allah

(IbnJauzy)


Selasa, 21 Januari 2014

Sebuah Jariah



Siapapun telah tahu bahwa kehidupan di dunia adalah sementara. Tetapi kehidupan yang sementara itu justru menjadi penentu kehidupan lain yang lebih kekal. Kehidupan dunia yang untuk selanjutnya disebut kehidupan saja, hakikatnya adalah tempat singgah. Hanya sekadar tempat mampir untuk meneguk sedikit minuman. Maka apakah yang dapat engkau perbuat dalam kehidupan ini?

Sementara Iblis dan kaki tangannya senantiasa merayumu untuk mengecap anggur dosa. Sedangkan ibadahmu tidaklah seberapa jika dibandingkan ummat yang terdahulu.

Lalu di manakah nilaimu sesungguhnya?

Ingatlah Ali kw yang pernah mengatakan bahwa nilai manusia tergantung dari apa yang dihasilkannya, maka barang siapa yang berjuang hanya untuk mengisi perutnya tentu nilainya tak lebih dari apa yang dihasilkan dari perutnya.

Lalu di manakah nilaimu sesungguhnya?

Coba lihat ke dalam dirimu. Dan bayangkan ketika engkau hidup. Apakah sama adamu dengan ketiadaanmu? Atau justru dirimu adalah pribadi yang tidak tergantikan? Dan engkau sangat mengambil peran dalam perjalanan peradaban manusia?

Lalu di manakah nilamu sesungguhnya?

Sekarang bayangkan ketika engkau telah mati. Adakah yang berubah dari dunia ini dengan kematianmu? Atau justru riwayatmu hanya berakhir sampai di situ. Engkau mati tidak meninggalkan apa-apa.

Lalu di manakah nilaimu sesungguhnya?

Apakah engkau mengira shalat dan zakatmu telah cukup kau tunaikan untuk menghapus dosamu? Sementara shiyam dan tilawahmu telah menjadikan Dia yang menciptakanmu ridha terhadapmu?

Kalau tidak, berjariyahlah.
Buatlah sebuah amal yang pahalanya senantiasa mengalir kepadamu. Yang semakin lama, semakin mendekatkan dirimu kepada-Nya, tanpa kau harus berbuat apa-apa lagi. Itulah jariyah. Sebuah amal bola salju yang selalu membesar setiap waktu. Bahkan ketika nyawa telah terpisah dengan badanmu.

Maka menulislah. Kaislah ridha Tuhanmu dengan menulis. Karena sesungguhnya Allah telah bersumpah demi pena dan apa yang dituliskan. (QS 68;1)

Maka menulislah. Jadikan dirimu bermanfaat dengan menulis. Berbagi hikmah dengan menulis. Mengukir peradaban dengan menulis. Menyampaikan kebenaran dengan menulis.

Maka menulislah. Karena melalui tulisan engkau belajar. Dan melalui tulisan pula telah engkau reguk telaga hikmah para pendahulumu. Juga melalui tulisan telah engkau peroleh kebenaran dan jalan Tuhanmu.

Maka menulislah.

Sekarang juga.

Senin, 20 Januari 2014

Ruhani Seorang Da'i



Ketika kita sudah berkomitmen untuk berjuang menegakan kalimat Allah, menyeru manusia untuk hanya tunduk kepada-Nya, maka kita harus sadar bahwa jalan yang kita pilih adalah jalan yang terjal, penuh onak berduri. Jalan da’wah adalah jalan yang penuh gelombang, badai dan berbatu. Sebuah perjuangan yang menguras emosi, tenaga, pikiran, airmata bahkan mungkin darah. Sering kita dibuat tersenyum dan tertawa, tetapi tidak jarang kita dibuat menangis, marah, kecewa, dan sedih.
Karena itu, dalam meniti titian ini diperlukan iman, ikhlas, sabar dan optimis. Iman kepada Allah dan hari akhir karena kesudahan hanyalah milik-Nya. Ikhlas dalam bergerak karena balasan hanyalah dari-Nya. Sabar dalam setiap menghadapi tantangan yang menguras asa. Dan optimis karena kemenangan adalah kepastian.
Intinya adalah kekuatan ruhani seorang da’i merupakan kunci dalam menentukan berhasil/gagalnya sebuah da’wah. Kekuatan ruhani merupakan faktor terpenting yang wajib dimiliki seorang da’i. Sebuah kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa.
Lalu bagaimana cara mendapatkan kekuatan ruhani itu?
DR. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang berjudul Tarbiyah Ruhiyah menyebutkan bahwa ada lima faktor penting dalam mencapai takwa.
1.        Mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Hendaknya setiap kita menyendiri dan mengingat perjanjian-perjanjian yang telah kita buat kepada Allah. Dengan mu’ahadah kita akan tetap istiqamah dalam melaksanakan syariat Allah
2.        Muraqabah
Muraqabah adalah merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan, serta merasakan kebersamaannya dalam sepi maupun ramai. Dengan muraqabah kita akan ikhlas, karena setiap fi’il adalah untuk-Nya. Dengan muraqabah kita akan istiqamah. Tak terpengaruh oleh situasi dan kondisi.
3.        Muhasabah
Makna muhasabah adalah hendaknya seorang muslim menghisab dirinya setelah melakukan sebuah amal. Apakan amal itu benar-benar semata untuk meraih ridha Allah ataukah tercampur dengan kepentingan pribadi, riya, ujub atau malah telah mengurangi hak-hak orang lain? Apakah amal yang kita lakukan sudah maksimal? Atau dilaksanakan sekedarnya?
Di samping itu muhasabah juga melakukan perhitungan diri antara amaliyah dan dosa. Apakan amaliyah yang kita lakukan sudah cukup menutup dosa? Lalu bagaimana dengan pertobatan?
Dengan muhasabah kita akan terbebas dari penyakit hati.
4.        Muaqabah
Muaqabah adalah pemberian sanksi. Sudah sepatutnya bagi kita jika kita telah melalaikan Allah, kita beri sanksi diri kita sebagai mana orangtua memberi sanksi kepada anaknya yang bersalah. Semoga dengan melakukan muaqabah kita menjadi jera berbuat dosa.
5.        Mujahadah
Mujahadah adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanaan ibadah. Di sana ada makna memaksakan diri untuk berbuat yang terbaik, menyerahkan yang terbaik dan mengoptimalkan diri dalam beramaliyah. Ibadah adalah tarbiyah. Dengan mengerahkan kapasitas maksimal, itu artinya kita membangkitkan potensi yang terpendam dalam diri kita. Maka integritas kita akan semakin meningkat.

.

Faktor-faktor yang menumbuh suburkan ruhiyah

Selain faktor-faktor untuk mencapai ketinggian ruhiyah tersebut di atas, buku tersebut juga memaparkan faktor-faktor yang menumbuh suburkannya. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu kelompok yang berkaitan dengan kepekaan jiwa dan kelompok amaliyah lahiriyah.

1.        Yang termasuk kelompok yang berkaitan dengan kepekaan jiwa adalah:
a.        Selalu merasakan muraqabah kepada Allah
Hendaknya kita selalu meyakini bahwa Allah selalu bersama kita dimanapun kita berada. Ia Maha Melihat, Maha Mendengar, juga Maha Mengetahui. Dan dalam muraqabah secara konsisten ini cukuplah kita mencontoh Umar ibn Khattab r.a. Disana ada seorang gembala yang muraqabah, seorang gadis yang muraqabah, juga seorang istri mujahid yang muraqabah.

b.        Mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya
Apabila seorang mukmin senantiasa mengingat bahwa kematian pasti menjemputnya, lalu ia akan ditanya dalam kesendiriannya dalam kubur, tentu hatinya akan peka kepada perasaan takut kepada Allah, jiwa/raganya akan tergerak untuk beramal shalih demi membawa bekal kepada hari yang dijanjikan. Karenanya maka dzikrul maut adalah sesuatu yang urgent untuk dilakukan.
Bahkan Rasulullah pun menegaskan bahwa mukmin yang paling jenius adalah mukmin yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya untuk menghadapinya.
Itulah makannya para ulama generasi salaf, sering berkumpul pada malam hari hanya untuk membicarakan kematian kemudian mereka menangis seakan-akan  dihadapan mereka ada jenazah.
Saya rasa cukuplah dengan perkataan Hamid al-Qushairy bahwa: ”Kita semua yakin dengan akan datangnya maut, namun kita tidak mempersiapkan diri. Kita semua yakin akan surga, namun kita tidak beramal untuknya. Dan kita semua yakin akan adanya neraka namun kita tidak merasa takut kepadanya. Lalu atas dasar apa kita bersuka ria?”
c.        Membayangkan hari Akhirat dan hal-hal yang berkaitan dengannya
Ketika kita membayangkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh ahli surga dan ahli neraka, kejadian di padang mahsyar, dibaginya catatatan amal perbuatan, perjalanan pada titian sepertujuh rambut, maka kita akan terlecut untuk beribadah dan bersungguh-sungguh mendekatkan dirinya pada Allah. Bahkan seluruh jiwa/raga akan bangkit untuk melaksanakan amal shalih untuk hari akhir nanti agar kita termasuk orang-orang yang saling ridha kepada Allah.
Karena itu marilah kita bayangkan peristiwa-peristiwa itu.
Di mana kita dibangkitkan dari kubur dalam telanjang bulat dengan cemas yang mengabut cuaca
Di mana mentari mengusap kepala dan peluh mengolam laut
Di mana bumi menjadi saksi bicara dan kita tak mampu berharap
Di mana kita melupa siapa di atas mizan, di depan kitab perbuatan dan pada titian jahanam
Di mana jasad menghianati nafsu dan lisan
Marilah kita ingat pula tentang gelapnya jahanam, tentang dalamnya neraka, tentang bahan bakarnya yang adalah batu dan kita, tentang gada-gadanya yang tak mampu jin dan manusia mengangkatnya bersama, tentang busuk baunya, tentang zaquum, juga tentang airmata darah ahli neraka yang memarit.
Tetapi jangan pula dilupakan bahwa Allah juga telah menyiapakan untuk hamba-hamba-Nya yang shalih apa yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terbetik di dalam hati manusia. Yakni diperkenankan untuk melihat Allah secara langsung sebagai nikmat yang terbesar.

2.        Faktor-faktor Amaliyah Lahiriyah
Amaliyah yang menumbuh suburkan ruhiyah sebenarnya banyak sekali, tetapi ada beberapa yang terpenting. Diantaranya
a.        Tilawah Al-Qur’an dengan mentadabburinya
Bacaan yang disertai tadabbur yang khusyu’ mampu mempertajam pandangan yang sudah tumpul, pemusnah pandangan yang sempit dan obat bagi hati yang sakit. Hendaknya kita menjadikan al-Qur’an sebagi sahabat yang tak pernah kita tinggalkan barang sehari. Karena dengan Al-Qur’an kita menjadi dekat dengan Allah. Ialah furqan yang membedakan haq dan batil. Biarkan Qur’an menyapa hati, ruh dan fikiran kita. Dengan menjadikan Qur’an sebagai rujukan kita tak akan tersesat dalam berjalan.
b.        Hidup bersama dengan Rasulullah dan mencontoh sirahnya yang Agung
Beruntunglah kita sebagai umat Muhammad saw. Karena beliau adalah uswah hasanah, qudwah shalihah dan panutan terbaik di dunia ini. Allah terlah memilihkan bagi kita sosok tanpa cela untuk diikuti. Seorang raja yang juga rahib. Seorang bijaksana yang juga pemberani.
Sudah sepatutnya seorang da’i mencontoh Rasulullah dalam beragama dan keduniawian. Dalam ibadah, dalam kezuhudan, ketakwaan, kesabaran dan kelembutan, keteguhan prinsip, keberanian, kekuatan fisik, serta kehangatan cintanya.
c.        Selalu menyertai orang-orang pilihan yang mereka yang berhati bersih dan mengenal Allah.
Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintainya. Karena itulah kita patut untuk bergaul dan bersama dengan orang-orang yang shalih dan ikhlas. Kita memerlukan mereka karena mereka akan menjaga ketakwaan kita. Meliputi lingkungan kita dengan dzikir dan ketaatan. Saling menasehati dalam kebenaran, dalam kesabaran dan dalam kasih sayang. Hidup seorang mukmin dengan orang yang salih seperti hidup seekor ikan di dalam kolam.
Sungguh indah ukhuwah dalam iman dan ketakwaan, percintaan dalam pengabdian, persaudaraan dalam jihad dan kebenaran, dan kasih-sayang dalam penghambaan.

d.        Dzikir kepada Allah dalam setiap waktu dan kesempatan
Dzikir adalah mengingat Allah dalam semua kondisi. Dzikir terdiri atas dzikir hati, pikirian, lisan dan perbuatan. Dzikir perbuatan mencakup tilawah, ibadah dan menuntut ilmu.
Berdzikirlah dengan sungguh-sungguh secara kontinu. Semoga kita naik ke ketinggian rohani, mendapat kehormatan dalam munajat, menjadi seorang yang khusyu’, dan tak pernah terbetik dalam maksiat kepadanya.
e.        Menangis kepada Allah dalam waktu khalwat
Kala kita berkhalwat, membayangkan keberpalingan kita dan kemaksiatan yang kita perbuat, membayangkan akhirat dan bekal yang telah kita persiapkan untuknya, membandingkan kualitas ibadah kita dengan para salafus-shalih, maka semoga hati menjadi trenyuh, jiwa menjadi bergetar, dan tanpa terasa airmata jatuh di pipi. Tak hanya itu, hendaknya kita mampu menangis karena: takut riya dalam ibadah, takut ujub dalam kecukupan, takut nifaq dalam bergaul, dan takut sombong dalam berhias. Sungguh dosa-dosa itu tak pernah kita sadari menyelusup dengan halus ke dalam hati yang merasa aman dalam pengabdian kepada Allah.
Orang yang paling takut adalah orang yang paling mengenal dirinya dan Rabb-nya. Karena itulah Allah telah  memberikan keistimewaan pada tangisan kita hari ini dengan tawa diakhirat kelak.
Orang yang menangis berada dalam naungan pada hari tak ada naungan kecuali naungan Allah. Orang yang menangis, akan terbebas dari azab Allah. Orang yang menangis berada dalam ampunan dan maghfirah-Nya. Dan orang yang menangis berada dalam limpahan cinta dan kasih-Nya.
f.         Bersungguh-sungguh membekali diri dengan Ibadah nafilah.
Ibadah nafilah merupakan sarana pembekalan diri seorang hamba apabila si hamba merasa kurang dengan kewajiban-kewajiban yang telah ia laksanakan. Semoga dengan ibadah nafilah kita diangkat ke tempat yang terpuji.
Sebenarnya banyak sekali ibadah nafilah yang dapat dilaksanakan, beberapa yang terpenting di antaranya : Shalat Lail, Shalat Dhuha, Shalat Awwabin,  Shaum Senin-Kamis, Shaumu-Daud, Shaum Yaumul-‘Arafah, Shadaqah Nafilah dll.

Pengaruh Tarbiyah Ruhiyah dalam Pembinaan, Perbaikan dan Pembaharuan Ummat
Apabila kita telah  memancarkan rohani, berhubungan erat dengan Allah dan ketakwaan, maka tersingkaplah makna dan hakikat. Terbukalah rahasia-rahasia yang hanya dapat di tangkap oleh orang yang jenius dan takwa.
Apabila jalan rohani telah kita daki. Dan derajat takwa telah kita raih. Cinta kasih-Nya telah meliput diri. Maka Cahaya Iman akan memancar dalam setiap desah nafas. Cahaya itu akan menyapa sekeliling bagai mentari. Jika cahaya itu menyirami hati yang kerontang, maka suburlah hati itu. Jika cahaya itu menyinari kegelapan batin, tentu teranglah ia.
Maka jalan da’wah akan terasa mudah, perjuangan akan terasa ringan, dan pengorbanan menjadi suatu kejamakan.
Kekuatan ruhani inilah yang nantinya menjadi senjata yang mematahkan tiang pancang kebatilan, menghancurleburkan kemaharajalelaan, dan proklamator kemenangan da’wah dan peradaban islam.
Semoga kita mewujudkannya. Amin.

Rabu, 15 Januari 2014

Kematian Hati (KH Rahmat Abdullah)



Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu. Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang. Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya ? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"? Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan "Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?"

Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan : sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kyai"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?
Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua"
Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini?

Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya". Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi selera-ku"