Sabtu, 19 September 2015

Pelajaran dari Hunain

Salah satu peristiwa dalam sejarah, dimana saat itu Islam menunjukan eksistensinya adalah Fathul-Makkah. Saat itu berhala-berhala yang berada di Makkah dihancurkan. Dan manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah.

Euforia kemenangan ini berlanjut ke peperangan Hunain dimana belum pernah dalam sejarah bangsa Arab ada pasukan perang yang demikian besarnya saat itu. Tak tanggung-tanggung 12000 personil. Sampai sampai nada yang mengatakan bahwa kaum Muslimin tak akan terkalahkan saat itu. Apalagi cuma menghadapi kabilah Tsaqif dan Hawazin.

Akan tetapi skenario Allah berbicara lain. Kedatangan pasukan Muslim telah ditunggu pada sebuah celah sempit di Hunain untuk dihujaini panah dan batu.

Hal ini membuat pasukan Muslim kocar-kacir lari menyelamatkan diri. Tanpa mengiraukan teriakan Rasulullah, Mau kemana kalian? Mau kemana kalian?"

Dan mereka terus berlari sampai bertemu laut mengutip Abu Sufyan.

Sungguh sebuah pemandangan yang sangat kontras jika di bandingkan oleh fragmen-fragmen Badar dan penyiksaan di Makkah. Dimana saat itu kaum muslimin sangat tabah menghadapi penderitaan.

Lalu sekarang di Hunain, dimanakah ketabahan itu? Kemana perginya semangat pantang menyerah? Kemana pula perginya ketsiqahan akan pertolongan Allah sekarang? Dimana pula perginya rasa rindu terhadap Syahid?

Apa bedanya? Mengapa sekarang dengan kekuatan yang sangat besar justru pasukan menjadi kocar-kacir?

Sungguh fragmen ini adalah fragmen yang penuh ibrah. Dan sungguh Allah telah menunjukan dimanakan kekuatan pasukan da'wah berada.

Sabtu, 12 September 2015

Lima Hal yang Kita Perlu Berlindung Kepada Allah

Ibnu Umar ra bertutur bahwa dirinya termasuk sepuluh orang sahabat Muhajirin yang duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu, beliau mengarahkan wajahnya kepada kami dan bersabda, "Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya.

Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka melakukan terang-terangan, melainkan mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.

Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi, dan kedurjanaan penguasa.

Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat, melainkan mereka akan mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.

Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji), melainkan akan Allah utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki.

Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an), melainkan akan Allah jadikan permusuhan antar mereka." (HR. Ibnu Majah dan Hakim).