Salah satu peristiwa dalam sejarah, dimana saat itu Islam menunjukan eksistensinya adalah Fathul-Makkah. Saat itu berhala-berhala yang berada di Makkah dihancurkan. Dan manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah.
Euforia kemenangan ini berlanjut ke peperangan Hunain dimana belum pernah dalam sejarah bangsa Arab ada pasukan perang yang demikian besarnya saat itu. Tak tanggung-tanggung 12000 personil. Sampai sampai nada yang mengatakan bahwa kaum Muslimin tak akan terkalahkan saat itu. Apalagi cuma menghadapi kabilah Tsaqif dan Hawazin.
Akan tetapi skenario Allah berbicara lain. Kedatangan pasukan Muslim telah ditunggu pada sebuah celah sempit di Hunain untuk dihujaini panah dan batu.
Hal ini membuat pasukan Muslim kocar-kacir lari menyelamatkan diri. Tanpa mengiraukan teriakan Rasulullah, Mau kemana kalian? Mau kemana kalian?"
Dan mereka terus berlari sampai bertemu laut mengutip Abu Sufyan.
Sungguh sebuah pemandangan yang sangat kontras jika di bandingkan oleh fragmen-fragmen Badar dan penyiksaan di Makkah. Dimana saat itu kaum muslimin sangat tabah menghadapi penderitaan.
Lalu sekarang di Hunain, dimanakah ketabahan itu? Kemana perginya semangat pantang menyerah? Kemana pula perginya ketsiqahan akan pertolongan Allah sekarang? Dimana pula perginya rasa rindu terhadap Syahid?
Apa bedanya? Mengapa sekarang dengan kekuatan yang sangat besar justru pasukan menjadi kocar-kacir?
Sungguh fragmen ini adalah fragmen yang penuh ibrah. Dan sungguh Allah telah menunjukan dimanakan kekuatan pasukan da'wah berada.
Sabtu, 19 September 2015
Sabtu, 12 September 2015
Lima Hal yang Kita Perlu Berlindung Kepada Allah
Ibnu Umar ra bertutur bahwa dirinya termasuk sepuluh orang sahabat
Muhajirin yang duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu, beliau mengarahkan
wajahnya kepada kami dan bersabda, "Wahai segenap Muhajirin, ada lima
hal yang membuat aku berlindung kepada Allah dan aku berharap kalian
tidak mendapatkannya.
Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka melakukan terang-terangan, melainkan mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.
Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi, dan kedurjanaan penguasa.
Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat, melainkan mereka akan mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.
Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji), melainkan akan Allah utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki.
Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an), melainkan akan Allah jadikan permusuhan antar mereka." (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka melakukan terang-terangan, melainkan mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.
Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi, dan kedurjanaan penguasa.
Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat, melainkan mereka akan mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.
Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji), melainkan akan Allah utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki.
Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an), melainkan akan Allah jadikan permusuhan antar mereka." (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Jumat, 26 Juni 2015
Ngaji itu Penting
Kemaren kita udah bahas sebagian ilmu-ilmu yang wajib ‘ain
untuk dipelajarin sama setiap muslim. Sekarang kita lanjutin ilmu-ilmu apa lagi
yang wajib dan kudu dipelajarin sama seorang muslim.
Ilmu yang berikutnya wajib dipelajarin adalah ilmu tentang
hari Akhir. Adalah wajib bagi setiap orang Islam mengetahui tempat kembalinya.
Dia harus sadar bahwa dunia ini sementara, sedangkan kehidupan yang sebenarnya
adalah kehidupan sesudah kematiannya. Amatlah penting pemahaman seorang Muslim
terhadap hari Akhir, sampai sampai dalam tutur Kanjeng Nabi bahwa keimanan
kepada hari Akhir ini selalu disandingkan sama keimanan kepada Allah.
“Man kaana yu’munuuna bi Allah wa bil yaumil Akhir fal yaqul
khairaan au liyashmut,”
“Man kaana yu’munuuna bi Allah wa bil yaumil Akhir fal
yukrim jaraahu,”
“Man kaana yu’munuuna bi Allah wa bil yaumil Akhir fal
yukrim dhayyifahu,”
“Man kaana yu’munuuna bi Allah wa bil yaumil Akhir fa laa
yakhluanna ahadukum bi imra-atin laisa ma’ahaa
dzumahram minha fa inna tsalitsahuma syaithaan,”
Ilmu hari Akhir adalah alat yang paling efektif dalam
melembutkan hati, mengasah keimanan, juga mempertajam pandangan mata batin.
Juga lentera yang mengantarkan seorang manusia dalam mengarungi hidup. Seorang
yang menguasai Ilmu hari Akhir akan menjadi orang yang wara’ atau berhati-hati.
Selain entu juga akan seimbang antara khauf dan raja’nya kepada Allah. Serta
mantap kakinya dalam melangkah mengarungi kehidupan.
Karena itu, ajarkan anak kita untuk mempercayai hari Akhir
sedari awal.
Sedangkan ilmu yang wajib ‘ain dipelajari berikutnya adalah ilmu
Fiqh. Ilmu Fiqh entu adalah ilmu yang mempelajarin bagaimana cara kita
beribadah kepada Allah.
Menurut Syaikh Zarnuji, kagak semua cabang Fiqh perlu kita
pelajarin. Yang perlu kita pelajarin adalah
1.
Ilmu Shalat : meliputin Istinja’, cara cebok,
cara mandi, hal-hal yang mewajibkan mandi, Rukun Wudhu, Syarat sahnya Wudhu,
Hal-hal yang membatalkan Wudhu, ilmu najis, Tata cara Shalat, Rukun Shalat,
Syarat sahnya shalat, makruh Shalat, hal-hal yang membatalkan shalat, tata cara
shalat jama’ah. Shalat safar dll. Tambahan bagi perempuan adalah Fiqh Nisaa’.
Ilmu Haid dan Nifas dll
2.
Ilmu Zakat : Cara menghitung harta dan zakatnya.
Bagi yang berzakat tidak melalui amil, harus tahu tentang 8 golongan. dll
3.
Ilmu Puasa : Rukun Puasa, hal-hal yang
membatalkan puasa, hal hal yang membatalkan pahala puasa. dll
4.
Ilmu Haji : Bagi yang mau berangkat haji.
5.
Selain itu juga wajib bagi setiap muslim untuk
mempelajari Ilmu yang berkaitan dengan hidupnya. Misalkan seorang pedagang,
wajib baginya mempelajari fiqh perdagangan, seorang petani perlu mempelajari
tentang ilmu tanam dan tanah, termasuk juga nishab zakatnya. Begitu juga
seorang mekanik, juga harus menguasai ilmu dibidangnya.
Ilmu lain yang juga hukumnya wajib ‘ain untuk dipelajari
adalah Ilmu Akhlaq atawa ilmu Adab. Inilah ilmu yang sudah sangat langka
sekarang. Padahal tujuan Rasul Allah adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Seorang
yang baik adalah orang yang adabnya baik.
Al Attas menyebutkan bahwa krisis terbesar ummat ini adalah
loss of adab. Krisis terbesar umat ini adalah hilangnya adab.
Adab adalah menempatkan diri atau memberikan hak dan waktu
sesuai tempatnya. Adab adalah mengetahui hak diri dan juga hak Allah. Dalam
kata lain, adab adalah ilmu tahu diri. Bisa juga dikatakan Ilmu tentang sopan
santun, moral, budi pekerti dan sejenisnya.
Satu hal yang perlu dicatat adalah berbeda dengan sopan
santun, moral, budi pekerti dll ang lebih menitik beratkan kepada prilaku, adab
lebih bersifat menyeluruh. Adab dalam Islam, lebih berkaitan dengan hati. Jadi
timbangannya bukan kepada perilakunya, melainkan kepada sesuatu yang melatarbelakangin
perilaku tersebut. Misalkan sikap membungkukkan badan ketika bertemu orang tua,
secara sopan santun, mungkin sudah baik. Tetapi secara adab belum tentu. Perlu dilihat
mengenai apa yang melatar belakangi perbuatan tersebut.
Contoh lain, adalah shalat. Mungkin secara Fiqh, shalat kita
sudah sah. Tetapi secara adab belum tentu. Secara Fiqh hanya dibahas sampai tu’maninah.
Tetapi secara adab tidak. Ukurannya bukan tu’maninah atau tidak, tetapi apakah
khusyu’ atau tidak. Termasuk apakah shalat kita itu mampu mencegah kita dari
perbuatan keji dan mungkar, atau tidak?
Dengan kata lain, ilmu adab adalah ilmu tentang hati.
Hal-hal yang dipelajari dalam ilmu ini adalah bagaimana
mencegah diri atau membersihkan diri dari prilaku-prilaku buruk. Termasuk
dosa-dosa batin yang memicu munculnya dosa-dosa lahir. Seperti riya, nifaaq,
sum’ah, thama’, ‘ujub, kibr, hasad, thulul amal, jahl, fasad dll. Sekaligus
bagaimana membangun akhlaq yang baik terhadap Allah, diri sendiri dan alam sekitarnya(orang
lain, binatang, tumbuhan, batu-batu dll). Bagaimana melatih amal-amal batin
semacam ikhlas, taubat, sabr, tawakal, tawadhu’ , izzah, zuhud, qana’ah, dll.
Termasuk yang juga dipelajari adalah bagaimana menaklukan setan
sebagai musuh yang nyata. Juga hawa nafsu ‘amaratus-suu’. Serta mengendalikan
hawa nafsu lawwamah. Dan mendukung hawa nafsu muthma’inah.
Semuanya adalah wajib ‘ain kita pelajari. Semoga Allah member
petunjuk pada kita semua. Juga memberikan kekuatan agar mampu melaksanakan
pentunjuk itu.
“Allahumma aarinal haqaan haqaan, wa rzuqnaat- tibaa’ah
Wa aarinal bathilaan bathilaan, wa rzuqnaat-tinaabah”
Aamiin
Selasa, 23 Juni 2015
Ngaji, Yuk!
Nampaknya tulisan kemaren kudu dilanjutin. Pasalannya,
seruan persatuan Islam aja kagak cukup. Karena hal ini sering
digembor-gemborin, tapi Islam gak juga nyatu.
Well, ini adalah masalah hati. Hati ini mungkin udah rusak.
Kerenanya perlu diberesin. Bukan sekadar dijaga.
Kayak kata Kanjeng Nabi,
“Ketahuilah, bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging.
Apabila baik daging itu, maka akan baiklah manusia. Tetapi apabila rusak daging
itu, maka rusaklah manusianya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah
hati.”
Maka perbaikilah hati kita. Lihatlah kedalam. Intropeksi.
Ngaca.
Trus, pake apa kita beresin hati?
Pake Ilmu!
Dalem hati bercokol nafsu. Dan, nafsu cuman bisa
dikendalikan sama Akal. Akal akan terasah kalo dikasih Ilmu. Makanya kata
Kanjeng Rasul, menuntut Ilmu itu wajib. Karena hanya Ilmu aja yang bisa
mengendaliin akal.
Kata orang bijak,”kalo mau ngubah nasib, ubah dulu tindakan
kita. Untuk mengubah tindakan, perlu ngubah cara berpikirnya.” Maka
satu-satunya jalan yang benar untuk mengubah cara berpikir adalah dengan Ilmu.
Ilmu itu ngambil peranan sangat penting dalem Islam. Bahkan
ayat yang turun pertama di Al Quran adalah masalah dengan Ilmu.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Maha Mulia. Ialah
yang mengajarkan manusia dengan Pena. Dia telah mengajarakan manusia apa yang
tak diketahuinya.”
Intinya ngaji, dong!
Ngaji entu penting. Belajar Islam entu penting. Apalagi bagi
kita seorang muslim.
Allah nyuruh kita untuk percaya kepada-Nya. Tapi gimana kita
bisa beriman, kalo sama Allah aja gak kenal. Maka kenalin Allah dari
ayat-ayatnya. Entah entu yang kauniyah (ada di alam semesta) atawa qauliyah (ada
di Al Quran).
Maka belajar Al Quran hukumnya adalah Fardu ‘ain. Wajib
secara individu untuk setiap muslim. Setiap muslim kudu ngerti Al Quran. Karena
Al Quran entu adalah Kalam Allah. Dengan ngarti Al Quran, maka kita akan ngarti
maunya Allah. Karena entu, kagak cukup cuman bisa baca Al Quran. Kudu ngarti artinya.
Biar kita tahu apa isinya Al Quran entu.
Maka penguasaan atas bahasa Al Quran (Arab fushah) adalah
sangat perlu adanya. Imam Syafi’i dalam kitab Ar Risalahnya mewajibkan untuk
mengerti bahasa Arab.
Maka mestinya belajar Bahasa Arab kudu didulukan sebelonnya
kita belajar bahasa laennya semisal bahasa Inggris, Mandarin atawa Korea.
Belajar bahasa Arab entu dapet pahala, loh.
Disamping entu semestinya gerakan memasyarakatkan bahasa
Arab fushah, merupakan bagian penting dan utama dari agenda gerakan Islam.
Bayangin misalkan setiap muslim ngarti arti ayat ayat Al
Quran. Kalo setiap muslim ngarti apa aja isi Al Quran, maka Insya Allah
anak-anak ITJ bakalan bubar. Karena Liberalisme entu bakalan mati. Yakin
deh. Percaya sama gue.
Tentu pertamanya adalah wajib ‘ain bagi setiap Muslim bisa
baca Al Quran. Belajar tajwid wajib, karena membaguskan bacaan Al Quran adalah
wajib. Gak perlu dalem-dalem. Cukup ngarti makharijul huruf, mad, tanda-tanda
waqaf, idzhar, idgham, iqlab, ikhfa, qalqalah dll.
Ilmu laen yang wajib ‘ain dipelajarin sama setiap muslim
adalah ilmu tentang Allah. Ilmu Tauhid atawa Ilmu Aqaaid Diin. Udah sepatutnya
seorang hamba mengenal Tuhan-Nya. Maka pengetahuan dan perkenalannya sama Allah
adalah sesuatu yang wajib. Ya… gak perlu dalem-dalem. Palingan kagak die paham
sipat dua puluh, sama Asmaa ul Husna. Berikut konsekuensi-konsekuensinya. Kita
juga kudu ngenalin sipat-sipat Allah untuk diteladanin. Sebagaimana sabda
Kanjeng Nabi, “Berakhlaklah kalian dengan Akhlaq Allah.”
Selaen entu, dalam Ilmu Aqidah, perlu juga dipelajarin
tentang pokok-pokok keimanan. Syarat-syarat sahnya keimanan, termasuk hal –hal yang
membatalkan keimanan.
Termasuk wajib ‘ain juga kita kudu ngenalin Kanjeng Nabi.
Karena Kanjeng Nabi adalah Uswah. Teladan bagi kita yang kudu dicontoh.
Termasup juga ngenal kehidupan beliau. Karena kehidupan beliau sarat sama
pelajaran idup. Kanjeng Nabi adalah sebaik-baiknya tafsir Al Quran. Maka siapa
aja yang pengen mahamin Al Quran, maka die wajib dan kudu mempelajarin
kehidupan Kanjeng Nabi. Atau dengan kata lain, Kanjeng Nabi adalah
pengimplementasi Islam terbaik. Maka siapa yang pengen paham sama Islam yang
sebenernya, pelajarin kehidupan Kanjeng Nabi.
(Bersambung)
Yuk Bersaudara karena Allah
Shalat Jum’at heboh!
Ketika sekumpulan jama’ah bangkit dan memprotes Khatib yang
sedang melaksanakan rukun Jum’at. Masjid menjadi gaduh. Beberapa lelaki dengan
mimik garang berteriak….
Entu bukan opening cerpen. Tapi kejadian nyata. Kejadian
entu terjadi di Masjid Raya kota serambi Mekkah, jum’at pertama bulan Ramadhan.
Isu yang berkembang adalah isu tentang Aswaja dan Wahabi.
Siapa nyerang siapa, atawa siapa protes siapa, gak penting untuk diketahui.
Mungkin entu hanya oknum.
Yang jadi miris adalah adanya tindak kekerasan untuk
memaksakan Islam kepada orang yang udah Islam. Mungkin ada yang nganggep ini
masalah kecil. Tapi bagi gue, ini enggak. Ini adalah masalah besar.
Disaat dimana umat Islam dikerubutin bagai makanan diatas
meja. Ternyata para ‘dai’-nya justru ribut sendiri. Pertentangan antara
‘Aswaja’ dengan ‘Wahabi’, atawa antara aliran anu sama aliran entu, makin
mempertajam pertentangan antara kelompok-kelompok dalam Islam. Sementara
kerusakan ummat makin merajalela, para da’i kagak berhenti berdebat cari
pepesan kosong. Para da’i kayak pejuang kemerdekaan yang terkena politik divide
et impera! Jangan-jangan bener seperti yang dikatakan Almarhum KH Zainuddin MZ,
bahwa ummat Islam terkena penyakit Hubbu ‘Adawwah, atawa seneng banget cari
musuh.
Dampaknya mungkin kagak kerasa dalam ‘dunia Ustadz’, tapi
parah banget dikalangan masyarakat. Bayangin, tindakan-tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh umat Islam terhadap umat Islam. Ada mushalah yang dibikin rata
sama tanah, karena katanya entu mushalanya aliran sesat. Ada keluarga yang
terkucil sama keluarga besar, karena mahjabnya laen. Bahkan perbedaan mahjab,
juga kagak sedikit yang mengakibatkan pecahnya organisasi Islam yang sipatnya
terbuka.
Barangkali kita perlu intropeksi ke dalem dan ngerenungin beberapa
ayat ayat Al Quran dibawah ini.
1.
Yang pertama adalah niat kita dalem berjuang dan
berdakwah.
Apa bener udah murni? Apakah kita berdakwah untuk Allah,
atawa berdakwah untuk diri sendiri? Atawa untuk Mahjabnya? Atawa alirannya?
Kalo sama-sama dakwah untuk Allah, kenapa juga kita masih ribut sama hal-hal
yang furu’? Bukankah Islam entu satu? Allahnya satu. Nabinya satu. Qurannya
satu. Rukun Islam sama Rukun Imannya juga sama? Kenapa masih ada Islam ini,
atawa Islam entu? Apa kita kagak baca Al Qur’an surat Al Mujadalah ayat
dua-dua?
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman
pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.
Atawa Surat Ali Imron ayat 103
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Lihat, tuh,
generasi teladan. Yang dulunya suka ngerampok, tapi Islam udah berhasil
ngebersihin hatinya. Mereka jadi generasi yang saling kasih sayang karena
Allah. Hati mereka diiket sama Islam. Karena kata Nabi antara Muslim satu sama
muslim laen adalah satu badan. Kalo satu sakit semuanya sakit juga.
Mestinya Islam bisa jadi satu-satunya
perekat hati. Begitu juga Iman bisa jadi tali pengikat hati. Karena seorang
yang beriman bisa ngenalin sodaranya yang beriman juga.
Kata kanjeng Nabi: “Kagak beriman seseorang,
sampai die mencintai sodaranya kayak dirinya sendiri.”
Yuk kita bersodara karena Allah.
Kamis, 18 Juni 2015
Khutbah Rasul Allah Menjelang Ramadhan
Dari Salman ra. meriwayatkan: Pada hari terakhir bulan Sya’ban,
Rasul Allah saw berkhutbah kepada kami,
“Wahai manusia! Kini telah dekat kepadamu satu bulan yang
agung, bulan yang sarat berkah, yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih
baik dari seribu bulan.
Inilah bulan yang Allah tetapkan Shaum pada siang harinya
sebagai fardhu, dan shalat Tarawih pada malam harinya sebagai sunnah,
Barang siapa yang ingin mendekatkan dirinya kepada Allah
pada bulan ini dengan satu amalan sunnah, maka pahalanya seolah-olah ia
melakukan amalan fardhu pada bulan-bulan yang lain.
Dan barang siapa yang melakukan amalan fardhu pada bulan
ini, maka ia akan dibalas dengan pahala seolah-olah telah melaksanakan tujuh
puluh amalan fardhu pada bulan-bulan yang lain.
Inilah bulan kesabaran. Dan ganjaran bagi kesabaran yang
sejati adalah Surga.
Bulan ini juga merupakan bulan simpati terhadap sesama.
Pada bulan ini rizki orang-orang beriman ditambah,
Barang siapa memberi makan (untuk berbuka) kepada yang
berpuasa, maka kepadanya dibalas ampunan bagi dosa-dosanya dan dibebaskan dari
api neraka Jahanam, serta ia memperoleh ganjaran sebagaimana orang yang
berpuasa itu tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”
Kamipun berkata,”Wahai Rasul Allah! Tidak semua kami
mempunyai sesuatu yang dapat diberikan untuk orang yang puasa berbuka.”
Rasulullah saw pun menjawab,
“Allah mengaruniakan balasan ini kepada seseorang yang member
buka walaupun dengan sebiji kurma, seteguk air ataupun sehisap susu.
Inilah bulan yang sepuluh hari pertamanya Allah menurunkan Rahmat,
sepuluh hari kedua Allah memberikan ampunan, dan sepuluh hari yang terakhir
Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka Jahanam.
Barang siapa yang meringankan beban hamba sahayanya pada
bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka,
Perbanyaklah pada bulan ini oleh kalian 4 hal
2 hal pertama dapat mendatangkan Ridha dari Rabb-mu, 2 hal
berikutnya kamu pasti akan memerlukannya
2 hal yang dapat mendatangkan Ridha Allah adalah hendaknya
kalian membaca Laa ilaaha illa Allah dan beristighfar sebanyak-banyaknya.
Sedangkan 2 hal yang engkau pasti akan membutuhkannya adalah
hendaklah kamu memohon kepada-Nya masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari
api Jahanam.
Dan barang siapa memberi minum kepada orang yang berbuka,
maka Allah akan memberinya minum air dari telagaku. Yang sekali minum saja, ia
tak akan merasakan kehausan lagi sampai ia masuk Surga.”
(HR Khuzaimah)
Langganan:
Postingan (Atom)