Maha Suci Allah yang telah menciptakan kematian dan
kehidupan sebagai suatu ujian. Dan semuanya adalah tidak ada yang sia-sia. Apa
yang di bumi dan di langit walaupun sebutir debu, pastilah ada manfaatnya. Rabbana
maa khalaqta hadza bathilan, demikian yang dipanjatkan para ulil-albab. Ialah
para ahli hikmah yang menggunakan lubb-nya untuk memandang.
Semoga kita mendapat i’tibar dari segala sesuatu yang kita
lihat, kita dengar dan kita rasakan. Karena semua itu adalah pelajaran yang
dapat kita petik hikmahnya.
Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari
itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah
maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik,(QS 2: 26)
Kalau saja kita dapat memetik hikmah dari
nyamuk, lalat, laba-laba, lebah, maupun semut yang disebutkan dalam Al-Qur’an,
maka mestinya kita dapat memetik hikmah dari disebutkannya Ahli Kitab dalam
Al-Qur’an.
Siapakah Ahli Kitab itu?
Jumhur mufassirin menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan Ahli Kitab adalah orang-orang yang kepadanya diturunkan Kitab
oleh Allah. Dan tentu saja pendapat yang masyhur adalah merujuk kepada
orang-orang Yahudi dan Nashrani.
Agaknya pendapat ini tepat apabila
terminologi Ahli Kitab ini diterapkan pada masa Rasulullah dan perlu dikaji
lebih dalam lagi jika akan kita terapkan pada masa sekarang dengan dua dasar
pemikiran:
1.
Apakah Yahudi dan Nashrani yang
kita temui sekarang dapat dikategorikan sebagai Ahli Kitab? Tentu saja tidak!
Karena Al-Qur’an telah jelas menyebutkan mereka sebagai Kafir.
Tentang Yahudi:
Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang
kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya
kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui. (QS 2: 102)
Tentang Nasrani
Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih
putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera
Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi
kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS 5: 17)
Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari
yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang
Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS 5:
73)
Sementara Al-Quran tidak menyebut Ahli Kitab
sebagai kafir. Silakan periksa QS 2: 105, QS 98: 1, QS 98: 6, QS 59: 11, atau
yang menarik adalah QS 59: 2.
2.
Apakah orang-orang Islam tidak
dapat dikatakan sebagai Ahli Kitab? Bukankah kepada mereka juga diturunkan
Al-Qur’an?
Selain itu juga bahwa pengertian Yahudi dan
Nashrani tidak merujuk kepada agama yang dibawa oleh Musa a.s. maupun Isa a.s. Yahudi
merujuk kepada Bani Keturunan Yehuda anak Yaqub dan Nashrani merujuk kepada
orang-orang Nazareth.
Sedangkan agama yang dibawa para nabi adalah Islam
Nuh:
Dan
sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika
ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. QS(37: 83-84)
Ibrahim
Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah
seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS 3: 67)
Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam".(QS 2: 132)
Luth
Lalu
Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu.
Dan
Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah
diri. (QS 51: 35-36)
Ya’qub
Adakah
kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya".(QS 2: 133)
Sulaiman
Sesungguhnya
surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian
berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri." (QS 27; 30-31)
Dikatakan
kepadanya: "Masuklah ke dalam istana." Maka tatkala dia melihat
lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin
terbuat dari kaca." Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman
kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS 27: 44)
Musa
Ahli-ahli
sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan kamu
tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat
Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa):
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami
dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS 7 ; 125-126)
Berkata
Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (QS 10;
84)
Isa
Maka
tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia:
"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat
setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman
kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
berserah diri. (QS 3 : 52)
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa
antara Risalah Muhammad dengan Risalah Nabi terdahulu bukanlah merupakan
risalah yang saling lepas, melainkan terintegrasi secara utuh.
Rasul
telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."(QS 2: 285)
Pengertian Surat Al-Baqarah ayat 62 dan hubungannya dengan surat Ali Imran ayat 85
Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang
Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,
tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(QS 2; 62)
Kaum prulalis agama menjadikan surat Al-Baqarah ayat 62 sebagai hujjah yang
mendukung dalam melegitimasi pemahaman mereka bahwa ‘setiap agama adalah sama’.
Yang penting adalah kepercayaan dan ketaatan mereka terhadap apa yang mereka
anut.
Selain itu ada juga yang menyatakan bahwa ayat ini telah di
nasakh oleh surat
Ali Imran ayat 85
Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS
3: 85)
Sehingga mereka menyatakan bahwa QS 2: 62 sudah tidak berlaku lagi.
Sehingga mereka menyatakan bahwa QS 2: 62 sudah tidak berlaku lagi.
Dan tampaknya dialog kedua kubu ini tidak akan menemui titik
temu. Hal ini karena kedua kubu yang berpolemik itu ‘keukeuh’ dengan ayat yang
satu, tetapi mengabaikan ayat yang lain.
Semestinya kedua ayat tersebut saling menguatkan.
Surat Al-Baqarah ayat 62 turun berkaitan denga pertanyaan
Salman Al-Farisy seperti berikut: As Suddiy berkata,”Sesungguhnya ayat ini (QS
2; 62) diturunkan berkaitan dengan para sahabat Salman al Farisy ketika dia
menceritakan para sahabatnya kepada Nabi saw, bahwa mereka melakukan puasa,
shalat, beriman kepadamu, bersaksi bahwa
engkau akan diutus sebagai seorang Nabi. Ketika Salman selesai dari memuji
mereka lalu Nabi saw berkata kepadanya,”Wahai Salman sesungguhnya mereka
termasuk penduduk neraka.” Hal itu mengagetkan Salman lalu Allah menurunkan
ayat ini.
Salman adalah seorang pencari kebenaran. Beliau dibesarkan
dalam Agama Majusi, kemudian hijrah mencari kebenaran dan menganut Nashrani.
Sehingga akhirnya menunggu Rasulullah dengan menjadi budak di Madinah.
Sesungguhnya QS 2: 62 adalah berlaku bagi siapa saja yang
tetap kepada fitrahnya. Dan dapat menerima kebenaran yang sampai kepada mereka.
Diantara mereka adalah para pendeta Nashrani seperti Waraqah dan Bahira yang
tidak sempat bertemu dengan kerasulan Muhammad.
Atau para penganut agama Hanafiah yang merintih seperti Zaid
bin Amr bin Nufail. Ketika itu Asma binti Abu Bakar pernah melihat Zaid bin
Amir telah sangat tua menyandarkan punggungnya di Ka’bah dan berkata: “Wahai
Quraisy. Demi Dia yang di tangan-Nya tergenggam jiwa Zaid, tak satupun dari
kalian yang mengikuti agama Ibrahim, kecuali aku. Lalu ia(Zaid) berkata: Wahai
Tuhanku seandainya aku tahu bagaimana caranya aku menyembah-Mu maka aku akan
melaksanakannya, tapi sungguh aku tidak tahu cara melaksanakannya.
Selain itu juga Surat Al-Baqarah ayat 62 merupakan kritik
terhadap penganut Islam yang hanya mengaku beragama Islam tetapi tidak percaya
kepada Allah dan firman-Nya, tidak mau mengikuti sunnah Rasulullah, tidak yakin
akan datangnya Hari Pembalasan dengan tidak mempersiapkannya dengan melakukan
amal shaleh.
Sedangkan ayat ini tidak berlaku bagi manusia-manusia, entah
itu Islam, Yahudi, Nashrani maupun agama lain yang menolak kebenaran yang telah
sampai kepada mereka. Mereka yang tidak pernah membuka hatinya untuk kebenaran.
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman (QS 2: 6)
Juga termasuk Ahli Kitab yang tidak menerima Rasulan
Muhammad
Maka
demi Tuhanmu, mereka (Ahli Kitab) (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu(Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS 4: 65)
Padahal
Orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal
Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya
sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui(QS 2: 146)
Karenanya
Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS
3: 85)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar