Jumat, 14 Maret 2014

Hikmah Disebutkannya Ahli Kitab dalam Al-Quran



Maha Suci Allah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan sebagai suatu ujian. Dan semuanya adalah tidak ada yang sia-sia. Apa yang di bumi dan di langit walaupun sebutir debu, pastilah ada manfaatnya. Rabbana maa khalaqta hadza bathilan, demikian yang dipanjatkan para ulil-albab. Ialah para ahli hikmah yang menggunakan lubb-nya untuk memandang.

Semoga kita mendapat i’tibar dari segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan. Karena semua itu adalah pelajaran yang dapat kita petik hikmahnya.

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,(QS 2: 26)

Kalau saja kita dapat memetik hikmah dari nyamuk, lalat, laba-laba, lebah, maupun semut yang disebutkan dalam Al-Qur’an, maka mestinya kita dapat memetik hikmah dari disebutkannya Ahli Kitab dalam Al-Qur’an.

Siapakah Ahli Kitab itu?

Jumhur mufassirin menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Ahli Kitab adalah orang-orang yang kepadanya diturunkan Kitab oleh Allah. Dan tentu saja pendapat yang masyhur adalah merujuk kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani.

Agaknya pendapat ini tepat apabila terminologi Ahli Kitab ini diterapkan pada masa Rasulullah dan perlu dikaji lebih dalam lagi jika akan kita terapkan pada masa sekarang dengan dua dasar pemikiran:

1.      Apakah Yahudi dan Nashrani yang kita temui sekarang dapat dikategorikan sebagai Ahli Kitab? Tentu saja tidak! Karena Al-Qur’an telah jelas menyebutkan mereka sebagai Kafir.

Tentang Yahudi:
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS 2: 102)

Tentang Nasrani
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS 5: 17)

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS 5: 73)

Sementara Al-Quran tidak menyebut Ahli Kitab sebagai kafir. Silakan periksa QS 2: 105, QS 98: 1, QS 98: 6, QS 59: 11, atau yang menarik adalah QS 59: 2.

2.      Apakah orang-orang Islam tidak dapat dikatakan sebagai Ahli Kitab? Bukankah kepada mereka juga diturunkan Al-Qur’an?

Selain itu juga bahwa pengertian Yahudi dan Nashrani tidak merujuk kepada agama yang dibawa oleh Musa a.s. maupun Isa a.s. Yahudi merujuk kepada Bani Keturunan Yehuda anak Yaqub dan Nashrani merujuk kepada orang-orang Nazareth. Sedangkan agama yang dibawa para nabi adalah Islam

Nuh:
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. QS(37: 83-84)

Ibrahim
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. (QS 3: 67)
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(QS 2: 132)

Luth
Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu.
Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri. (QS 51: 35-36)

Ya’qub
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".(QS 2: 133)

Sulaiman
Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (QS 27; 30-31)
Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana." Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca." Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS 27: 44)

Musa
Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS 7 ; 125-126)
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (QS 10; 84)

Isa
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS 3 : 52)

Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa antara Risalah Muhammad dengan Risalah Nabi terdahulu bukanlah merupakan risalah yang saling lepas, melainkan terintegrasi secara utuh.



Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."(QS 2: 285)

Pengertian Surat Al-Baqarah ayat 62 dan hubungannya dengan surat Ali Imran ayat 85

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS 2; 62)

Kaum prulalis agama menjadikan surat Al-Baqarah ayat 62 sebagai hujjah yang mendukung dalam melegitimasi pemahaman mereka bahwa ‘setiap agama adalah sama’. Yang penting adalah kepercayaan dan ketaatan mereka terhadap apa yang mereka anut.

Selain itu ada juga yang menyatakan bahwa ayat ini telah di nasakh oleh surat Ali Imran ayat 85
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS 3: 85)
Sehingga mereka menyatakan bahwa QS 2: 62 sudah tidak berlaku lagi.

Dan tampaknya dialog kedua kubu ini tidak akan menemui titik temu. Hal ini karena kedua kubu yang berpolemik itu ‘keukeuh’ dengan ayat yang satu, tetapi mengabaikan ayat yang lain.

Semestinya kedua ayat tersebut saling menguatkan.

Surat Al-Baqarah ayat 62 turun berkaitan denga pertanyaan Salman Al-Farisy seperti berikut: As Suddiy berkata,”Sesungguhnya ayat ini (QS 2; 62) diturunkan berkaitan dengan para sahabat Salman al Farisy ketika dia menceritakan para sahabatnya kepada Nabi saw, bahwa mereka melakukan puasa, shalat, beriman kepadamu, bersaksi bahwa engkau akan diutus sebagai seorang Nabi. Ketika Salman selesai dari memuji mereka lalu Nabi saw berkata kepadanya,”Wahai Salman sesungguhnya mereka termasuk penduduk neraka.” Hal itu mengagetkan Salman lalu Allah menurunkan ayat ini.

Salman adalah seorang pencari kebenaran. Beliau dibesarkan dalam Agama Majusi, kemudian hijrah mencari kebenaran dan menganut Nashrani. Sehingga akhirnya menunggu Rasulullah dengan menjadi budak di Madinah.

Sesungguhnya QS 2: 62 adalah berlaku bagi siapa saja yang tetap kepada fitrahnya. Dan dapat menerima kebenaran yang sampai kepada mereka. Diantara mereka adalah para pendeta Nashrani seperti Waraqah dan Bahira yang tidak sempat bertemu dengan kerasulan Muhammad.
Atau para penganut agama Hanafiah yang merintih seperti Zaid bin Amr bin Nufail. Ketika itu Asma binti Abu Bakar pernah melihat Zaid bin Amir telah sangat tua menyandarkan punggungnya di Ka’bah dan berkata: “Wahai Quraisy. Demi Dia yang di tangan-Nya tergenggam jiwa Zaid, tak satupun dari kalian yang mengikuti agama Ibrahim, kecuali aku. Lalu ia(Zaid) berkata: Wahai Tuhanku seandainya aku tahu bagaimana caranya aku menyembah-Mu maka aku akan melaksanakannya, tapi sungguh aku tidak tahu cara melaksanakannya.

Selain itu juga Surat Al-Baqarah ayat 62 merupakan kritik terhadap penganut Islam yang hanya mengaku beragama Islam tetapi tidak percaya kepada Allah dan firman-Nya, tidak mau mengikuti sunnah Rasulullah, tidak yakin akan datangnya Hari Pembalasan dengan tidak mempersiapkannya dengan melakukan amal shaleh.

Sedangkan ayat ini tidak berlaku bagi manusia-manusia, entah itu Islam, Yahudi, Nashrani maupun agama lain yang menolak kebenaran yang telah sampai kepada mereka. Mereka yang tidak pernah membuka hatinya untuk kebenaran.

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman (QS 2: 6)

Juga termasuk Ahli Kitab yang tidak menerima Rasulan Muhammad

Maka demi Tuhanmu, mereka (Ahli Kitab) (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu(Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS 4: 65)

Padahal

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(QS 2: 146)

Karenanya

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS 3: 85)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar